MAKALAH
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN
REGENERASI
MORFALAKSIS

Disusun
oleh:
Putri
Wardhani Agustin
14
222 131
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2017
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Setiap organisme
memiliki daya regenerasi yang berbeda-beda. Contohnya pada kecebong dan cicak
yang memilki sistem regenerasi yang berbeda. Pada cicak cara beregenerasinya
dengan memutuskan ekornya bila merasa dirinya dalam keadaan berbahaya (Balinsky, 1976).
Regenerasi yaitu
memperbaiki bagian tubuh yang rusak atau lepas kembali seperti semula. suatu
organisme khususnya hewan memiliki kemampuan untuk memperbaiki struktur atau
jaringan yang mengalami kerusakan akibat kecelakaan yang tidak disengaja karena
kondisi natural atau kerusakan yang disengaja oleh manusia untuk keperluan
penelitian atau experiment (Balinsky, 1976).
Banyak hewan mempunyai
kemampuan variasi yang berbeda. Salah satu yang menjadi perbedaaan adalah
regenerasi. Regenerasi merupakan kemampuan tubuh hewan (makhluk hidup) untuk
menggantikan tubuhnya yang rusak baik sengaja maupun tidak (Balinsky, 1976).
Awal untuk regenerasi
pada hewan sebaiknya dilakukan ketika hewan tersebut belum dewasa karena telah
dijelaskan sebelumnya bahwa hewan akan beregenerasi tinggi bila umurnya belum
mencapai dewasa (Balinsky,
1976).
Daya regenerasi pada
hewan vertebrata lebih rendah dibandingkan dengan hewan avertebrata. Contohnya
cicak yang hanya sebatas memutuskan ekornya saja. Untuk regenerasi yang baik
dan efektif diawali dengan terbentuknya embrio hingga bayi dan menuju dewasa
kemampuan untuk beregenerasi berkurang (Balinsky, 1976).
Cara-cara berlangsung
regenerasi dalam proses regernerasi. Regenerasi berlangsung dalam dua cara
yaitu Regenerasi Morfalaksis yaitu pembentukan kembali bagian tubuh yang
hilang sehingga terbentuk individu baru tetapi dengan ukuran yang lebih kecil.
Ukuran normal akan dicapai setelah individu mengkomsumsi makanannya. Regenerasi
ini terjadi pada pembentukan individu baru (Balinsky, 1976).
Hewan yang memiliki daya
regenerasi cukup banyak. Tiap hewan seperti avertebrata dan vertebrata
masing-masing mempunyai daya regenerasi. Tetapi tidak semua hewan mempunyai
daya regenerasi tinggi (Balinsky, 1976).
Regenerasi Epimorfis yaitu pembantukan kembali bagian kecil dari
tubuh utama yang rusak atau hilang, dan kadang-kadang tunas regenersi tidak
tampak dengan jelas. Misalnya pembentukan kaki salamander yang mengalami
pemotongan (Balinsky,
1976).
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
PENGERTIAN
REGENERASI
Regenerasi yaitu
memperbaiki bagian tubuh yang rusak atau lepas kembali seperti semula. suatu
organisme khususnya hewan memiliki kemampuan untuk memperbaiki struktur atau
jaringan yang mengalami kerusakan akibat kecelakaan yang tidak disengaja karena
kondisi natural atau kerusakan yang disengaja oleh manusia untuk keperluan
penelitian atau experiment (Berill, 1974).
Menurut Balinsky (1976), dalam proses
Regenerasi, Regenerasi berlangsung dalam dua cara yaitu :
1.
Regenerasi Morfalaksis
Yaitu pembentukan kembali bagian tubuh yang
hilang sehingga terbentuk individu baru tetapi dengan ukuran yang lebih kecil
atau perbaikan yang disebabkan reorganisasi jaringan lama yang masih
bersifat embrionaUukuran normal akan dicapai setelah individu mengkomsumsi
makanannya. Regenerasi ini terjadi pada pembentukan individu baru.
Hewan yang memiliki daya regenerasi cukup
banyak. Tiap hewan seperti avertebrata dan vertebrata masing-masing mempunyai
daya regenerasi. Tetapi tidak semua hewan mempunyai daya regenerasi tinggi.
2.
Regenerasi Epimorfis
Yaitu pembantukan kembali bagian kecil dari
tubuh utama yang rusak atau hilang, dan kadang-kadang tunas regenersi tidak
tampak dengan jelas atau perbaikan yang disebabkan oleh proliferasi
jaringan baru di atas jaringan lama, kemudian membentuk tunas regenerasi Misalnya pembentukan
kaki salamander yang mengalami pemotongan.
B. Proses-Proses Regenerasi
Menurut Balinsky (1976),
proses
regenerasi sebagai berikut:
1.
Darah yang mengalir menutupi permukaan luka,
lalu beku, membentuk scap yang sifatnya melindung
2.
Epitel kulit menyebar
ke permukaan luka, di bawah scap. Sel epitel bergerak secara amoeboid, dua hari
butuh waktu agar kulit itu lengkap menutupi luka.
3.
Diferensiasi sel-sel jaringan disekitar luka,
sehingga menjadi bersifat muda kembali dan pruliproten untuk membentuk jenis
jaringan baru.
4.
Pembentukan blastoma, yakni kuncup regenerasi
pada permukaan bekas luka.
5.
Proliferasi sel-sel diferensiasi secara
mitosis, proliferasi ini serentak dengan proses diferensiasi dan memuncak pada
waktu blastemma dalam besarnya yang maksimal dan waktu itu tidak membesar lagi.
6.
Redeferensiasi sel-sel
diferensiasi, serentak dengan berhentinya proliferasi sel-sel blastoma.
Adanya regenerasi pada
organisme dewasa mununjukkan suatu bukti bahwa medan morfogenesis
tetap terdapat setelah periode embrio, umpamanya regenerasi anggota
badan yang hilang, dalam proses regenerisasi melibatkan berbagai
proses yang serupa dengan yang terjadi pada perkembangan
embrionik, seperti bagaian yang rusak muncul sel-sel, kemudian
memperbanyak diri berhimpun menjadijaringan dan akhirnya mencapai keadaan yang berbeda.
Lagi pula pada beberapa spesies regenerasinya hanya terjadi hanya terjadi
pada hewan dewasa saja, embrionya sama sekali tidak memiliki
kemampuan regenerasi, umpamanya suatu telur Ascida yang
kehilangan blastometernya akan berkembang menjadi larva yang tidak
lengkap, misalnya lagi Annelida yang kehilangan sel 4 d nya, akan
kehilangansebagian besar mesodermnya, pada hal Ascida dan Annelida dewas
sama-sama memiliki daya regenerasi yang tinggi selama
kehidupan dewasanya (Balinsky, 1976).
Pembentukan
kembali proses-proses morfogenetik pada tahap lanjut dari siklus ontogenetik
adalah dengan cara destruksi sebagian sistem yang telah berkembang sebagai hasil
perkembangan sebelumnya. Organisme khususnya golongan hewan memiliki kemampuan
untuk memiliki dan memperbaiki kerusakan-kerusakan bagian tubuh secara ekstensif
baik akibat kecelakaan pada kondisi alamiah maupun akibat disengaja dalam suatu
percobaan. Kerusakan yang diperbaiki itu mungkin berupa pemulihan kerusakan
akibat hilangnya bagian tubuh utama umpamanya anggota badan mungkin hanya
berupa penggantian kerusakan-kerusakan terjadi dalam proses fisiologi biasa.
Dalam peristiwa tersebut nampak adanya suatu kemampuan organism untuk
memperbaharui kembali bagian tubuh yang terganggu/rusak dan proses perbaikan
tersebut dengan regrenasi kembali. Peristiwa regenerenasi bagi organism merupakan
hal yang sangat penting karena proses yang esensial selama perjalanan hidup organisme.
Adanya bagian tubuh yang lepas akibat ketuan atau kecelakaan dengan proses regrenasi
bagian tubuh yang lepas akan diganti kembali dengan jaringan baru kembali. Dan
juga beberapa organisme proses regenerasi merupakan hal yang sangat penting
dalam reproduksi secara aseksual (Philip, 1978) Menurut sejarahnya kerangka
filosofis untuk studi regenerasi sebagian besar telah dirumuskan oleh Morgan
secara aktif terus dilakukan penelitianpenelitian hingga sampai sekrang.
Menurut
Morgan dalam Browder (1984), ia mengenal dua mekanisme primer untuk pembentukan
kembali bagian-bagian tubuh yang hilang. Pertama, regenerasi morfalaksis yakni suatu
proses perbaikan yang melibatkan reorganisasi bagian tubuh yang masih tersisa untuk
memulihkan kembali bagian tubuh yang hilah. Jadi dalam jenis regenerasi ini
pemulihan bagian yang hilang itu sepenuhnya diganti oleh jaringan lama yang
masih tertinggal.
Beberapa
hewan vertebrata menunjukkan kemampuan regenerasi yang bermacam-macam. Umpamanya
pada ikan biasa nya dapat meregenerasi bagian distal sirip yang rusak, kecebong
katak anura dapat meregenerasi ekor dan kaki belakang sebelum metamorfosis
lanjut. Namun diantara hewan vertebrata yang mampu meregenerasi bagian utama
tubuh pada tingkat dewasa hanya terdapat pada urodella, dimana dapat mengganti
anggota badan dan ekor, mata atau insang yang hilang. Sedangkan pada vertebrata
yang tinggi derajatnya tidak terdapat daya regenerasi fisiologis, kecuali pada
sel darah, kulit dan derivat-derivat integumen tetap berlangsung untuk mengganti
kulit yang terkelupas seumur hidupnya. Dengan memperhatikan contoh-contoh regenerasi
pada hewan nampak bahwa kecenderungan berlangsungnya regenerasi fisiologis itu
dibatasi pula derajatnya menunjukkan kompetensi regenerasi yang semakin
berkurang (Berill, 1974).
C.
Regenerasi Anggota
Tubuh Amfibia
Jenis
amfibia yang sering digunakan sebagai objek studi regenerasi adalah salamander
dewasa dan larvanya, terutama spesies-spesies Ambystoma dan Triturus, juga
regenerasi anggota tubuh telah banyak dilakukan pada tingkat larva anura
terutama dari genus Rana dan Xenopus, telah dipelajari secara seksama dan
sekaligus merupakan subjek terkenal dalam memperbaiki dan mempelajari
regenerasi anggota tubuh. Lukman, Mekanisme Regenerasi
Menurut
Singer dalam Browder (1984), bahwa proses-proses yang terlibat dalam regenerasi
anggota tubuh Cristurus cristatus, setelah diamputasi meliputi hal-hal sebagai
berikut :
1.
Periode Penyembuhan Luka
Tahap penyembuhan luka
ini diawali dari tepi luka dengan penyebaran epidermis dari tepi luka yang akan
menutupi permukaan yang terluka. Penyebarannya dengan cara gerakan amoeboid
sel-sel yang tidak melibatkan pembelahan mitosis sel. Akan tetapi sekali penutupan
selesaikan sel-sel epidermis berproliferasi untuk menghasilkan masa sel yang
berlapis-lapis dan membentuk sebuah tudung berbentuk kerucut pada ujung anggota
badan. Struktur tersebut dikenal dengan “Apical epidermis cap”. Waktu
penyembuhan luka relatif cepat, namun tergantung juga pada ukuran hewan yng
beregenerasi dan ukuran luka serta faktor-faktor eksternal seperti suhu. Pada
salamander proses penutupan luka setelah anggota badan diamputasi berlangsung
kira-kira satu atau dua hari.
2.
Periode penghancuran jaringan (histolisis)
Setelah proses
penutupan luka, proses lain yang sangat penting dalam regenerasi adalah
terjadinya dediferensiasi jaringan-jaringan yang berdekatan dengan permukaan
luka, dediferensiasi didahului dengan histolisis jaringan-jaringan didalam
puntung secara besarbesaran. Jaringan yang telah terdiferensiasi seperti otot,
tulang rawa, tulang ikat, matriks,
interselulernya hancur dan melepaskan individu sel-sel mesenkhim yang
merupakan sel-sel awal dari jaringan yng telah berdiferensiasi tersebut.
3.
Periode pembentukan blastema
Sel-sel mesenkhim yang
dilepaskan selama diferensiasi tertimbun di bawah epidermis, sel-sel
berproliferasi cepat dan menyebabkan epidermis menjadi semakin menonjol. Masa
sel-sel mesenkhim ini dinamakan blastema regenerasi.
4.
Diferensiasi dan morfogenesis
Jaringan pertama yang
berdiferensiasi dari blastema adalah tulang rawan. Mula-mula muncul pada ujung
tulang sejati dan terjadi penambahan secara progresif pada distal bagian
ujungnya, ketika konstruksi tulang menjadi sempurna rangka yang telah
beregenerasi berubah menjadi tulang. Berikutnya otot terbentuk disekitar tulang
rawan. Sedangkan pembuluh darah tidak jelas pada tahap konstruksi awal, serabut
saraf yang terpotong pada saat amputasi segera aksonnya tumbuh ke daerah luka
dan merekontruksi pola-pola persarafan. Dibagian luar terjadi
perubahanperubahan bentuk puntung anggota yang semula menyerupai kerucut,
selanjutnya mulai memipih dorsoventral pada bagian ujungnya, bagian pipih
menunjukkan tanda-tanda jari awal yakni korpus atau tarsus rudimen yang
dinamakan plat kaki atau tangan. Selanjutnya pola-pola pembentukan jari-jari
yang progresif dimana segera jari-jari sederhana muncul, terpisah satu sama
lainnya. Akhirnya anggota tubuh sempurna terbentuk dan berfungsi normal.
D. Asal
Sel Yang Beregenerasi
Darimanakah sel-sel yang
beregenerasi itu berasal pada uraian sebelumnya bahwa sel-sel blastema yang
terlibat yang terlibat dalam regenerasi anggota tubuh berasal dari
dediferensiasi lokal jaringan puntung selama penghancuran jaringan
(histolisis). Alternatif lain menyatakan bahwa sumber sel-sel blastema berasal
dari sel-sel cadangan yang bergerak dari wilayah lain sebagai akibat amputasi.
Mengenai asal sel lokal yang bergerak dalam ikut serta dalam regenerasi anggota
tubuh amfibia telah diketahui oleh Hertwig (1927) melakukan eksperimen yaitu,
suatu anggota tubuh haploid (n) yang diamputasi, selanjutnya dicangkokkan di
salamander diploid (2n). Hasil pencangkokan ini dibiarkan sampai sembuh,
berikutnya dilakukan amputasi pada bagian lengan atas dari anggota badan
haploid (n) yang telah sembuh. Setelah dibiarkan beberapa saat serta merta
telah muncul blastema, dan hasil eksperimen menunjukkan bahwa semua sel-sel
yang beregenerasi adalah haploid (n). Sebenarnya asal blastema dari anggota
badan yang beregenerasi asalnya heterogen muncul dari diferensiasi
jaringan-jaringan otot, tulang, tulang rawan, ikat, dimana ujud sel blastema
itu merupakan hal yang sangat penting dalam analisis regenerasi anggota badan
vertebrata. Suatu eksperimen standar telah dilakukan dengan menggunakan radiasi
sinar-X yaitu sebuah anggota badan amfibia diiradiasi sinar-X sebelum amputasi
ternyata mencegah terjadinya regenerasi yakni jaringan puntung diiradiasi tidak
sanggup berproliferasi membentuk blastema regenerasi. Kejadian ini dimungkinkan
sebagai akibat adanya iradiasi sinar-X merusak kemampuan mitosis dari jaringan
yang diiradiasi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Regenerasi yaitu memperbaiki bagian tubuh yang rusak atau lepas
kembali seperti semula. suatu organisme khususnya hewan memiliki kemampuan
untuk memperbaiki struktur atau jaringan yang mengalami kerusakan akibat
kecelakaan yang tidak disengaja karena kondisi natural atau kerusakan yang
disengaja oleh manusia untuk keperluan penelitian atau experimen.
Regenerasi
Morfalaksis yaitu pembentukan kembali bagian tubuh yang hilang sehingga
terbentuk individu baru tetapi dengan ukuran yang lebih kecil. Ukuran normal
akan dicapai setelah individu mengkomsumsi makanannya.
Daya regenerasi pada setiap
golongan hewan berbeda-beda sesuai dengan derajatnya dalam tingkat taksonomi,
dilihat dari segi kepentingannya, suatu regenerasi bagi organisme mutlak
diperlukan karena berperan dalam perbaikan bagian tubuh yang mengalami
kerusakan. Bahkan beberapa organism regenerasi merupakan suatu mekanisme,
reproduksi aseksual yang sangat essensial.
DAFTAR PUSTAKA
Balinsky,
B.I. 1976. An introduction embryology, 4 th ed, W.B. saunders Co. Philadelphia,
London.
Berill,
N.J.1974. Developmnent biology, MC Graw Hill Co, p. 240.
Browder,
L.W. 1984. Developmental biology, 2 th ed, W.B. Saunders, London.
Goss,
B.M. 1956. Fundamental of comparative embryology. Fith edition. Mc. Graw
Hill Book Co. New York.
Hertwig,
J.J. 1927. Fundamental of comparative embryology the vertebrata. The Mac
Millan company. New York.
Phillip,
G. 1978. Biology of developmental system, Holt, Rinehart and Winston,
New York, Sab Francisco.
Spratt,
N.T. 1971. Developmental biology, Mac Millan Publishing Co. Belmont,
California.
(Balinsky, 1976).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar